PRAPASKAH 3 :
Dalam kehidupan bersama kita memerlukan hukum yang menjadi dasar dan cita-cita bersama. Di Indonesia kita memiliki Pancasila dan UUD 1945. Dua kebijaksanaan itu harusnya menjadi dasar dari segala kebijakan yang dibuat di negeri ini. Umat Allah Perjanjian Lama membutuhkan dasar hukum bersama seperti itu. Sebelumnya mereka adalah budak, yang ikut dalam aturan bersama di Mesir. Oleh karena itu, di Gunung Sinai Allah memberikan dasar hukum DEKALOG kepada Musa. Ini adalah dasar perjanjian Allah dengan Umat-Nya, dan menjadi pengikat perjanjian juga di dalam komunitas Mereka. Makanya, kalau kita lihat Dekalog ini memuat unsur vertikal dan horizontal. Yang vertikal menyangkut hubungan ketaatan umat dengan Allah. Misalnya Jangan pada Allah lain di hadapan-Ku, Jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan dan Kuduskanlah hari Sabat. Yang Horizontal mengatur relasi antar anggota komunitas, yaitu Hormatilah Ayah Ibumu, Jangan membunuh, Jangan berzinah, Jangan mencuri, Jangan mengucapkan saksi dusta terhadap sesamamu, jangan mengingini milik sesamamu.
Kita bisa bertanya, untuk apa Allah memberikan Dekalog ini kepada umat Allah Perjanjian Lama? Apakah di baliknya tersirat apa yang dikehendaki Allah bagi umat-Nya? Secara sederhana, kita dapat memahami bahwa Allah menghendaki agar umat Allah Perjanjian Lama ini menjadi komunitas yang sempurna. Dalam artian, taat kepada Tuhan sekaligus pada saat yang sama hidup dalam damai antar sesama anggota komunitas. Dekalog menjadi dasar sekaligus cita-cita sempurna umat Allah Perjanjian Lama yang dikehendaki menjadi kudus.
Itu yang tidak Yesus temukan di Yerusalem. Bait Allah seharusnya menjadi tempat orang siapapun dia datang berjumpa dengan Tuhan. Namun, aturan-aturan yang dibuat manusia membuat pembedaan yang diskriminatif. Ada aturan korban sembelihan yang harus ditaati. Tapi menjaga agar korban hewan tetap baik dan tak bercacat menjadi mustahil, apalagi jika orang itu datang dari jauh. Hal itu disiasati dengan membeli korbannya di pekarangan bait Allah. Hukum ekonomi berlaku. Makin banyak permintaan, harga pun naik. Situasi ini aman-aman saja bagi mereka yang kaya. Tapi bagaimana dengan mereka yang miskin dan datang dari jauh? Bagaimana mereka dapat beribadah di bait Allah dan harus mempersembahkan korban yang murni bagi Tuhan? Sementara korban hewan yang dijual harganya gak ngotak?.
Marahlah Yesus. Sebab orang-orang di sana menjadikan Bait Allah sebagai tempat berjualan! Semua pedagang diusir beserta dengan kambing dan domba lembu yang hendak di jual. Yesus memurnikan Bait Allah dari tindakan culas semacam itu.
Pesan yang sama mau disampaikan Tuhan Yesus kepada kita. Janganlah menjadi umat yang saling mempersulit dan memecah belah dengan pembedaan yang diskriminatif. Taat kepada Allah harus ditunjukkan juga dengan tindakan baik kepada sesama, merangkul semua terutama mereka yang kecil, miskin, lemah dan tersingkir. Meski, untuk mencapai itu semua kita harus mengalami salib. Itulah jalan yang Yesus tawarkan. Bagi banyak orang salib adalah kebodohan, tapi bagi kita yang dipanggil, salib adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.
PRAPASKAH 4 :
Ada satu kata dalam Bahasa Indonesia yang sangat saya suka. Mendengarnya saja sudah membuat saya senang dan gembira. Kata itu adalah: Pulang. Kata ini mengandung banyak makna. Pulang artinya kembali ke tempat asal. Satu tempat yang membuat kita nyaman dan damai. Pulang adalah tujuan dari seluruh perjalanan kita. Dalam bepergian, tujuan terakhir kita adalah pulang dengan selamat. Sedih sekali, kalau kita tidak bisa pulang, atau tidak tau kemana kita pulang.
Bacaan-bacaan hari ini kental sekali dengan nuansa pulang. Manusia adalah jiwa-jiwa yang sedang berkelana di dunia dengan mengendarai tubuh jasmaninya. Dan dalam perjalanan itu kita sering keliru dalam menentukan arah. Ini yang disebut jatuh dalam dosa dan kejahatan.
Bacaan pertama dari kitab kedua Tawarikh menjadi ringkasan perjalanan Israel yang jatuh dalam ketidaksetiaan pada Allah. Mereka menodai kekudusan Rumah Tuhan. Mereka pun mengolok-olok para nabi yang ditugaskan Allah untuk mengingatkan dan menemani. Mereka dihukum, dibuang ke Babel dan menjadi budak di sana selama 70 tahun. Namun Allah menghendaki Israel pulang. Raja Persia dipakai Allah untuk membawa Israel pulang ke tanah yang telah mereka tinggalkan begitu lama.
Allah berinisiatif menjemput kita pulang ke hadirat-Nya. Dan semua itu dilakukan-Nya berdasarkan kasih karunia-Nya yang sangat berlimpah. Itu yang ditegaskan oleh St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat Efesus (bacaan kedua). Allah menghendaki kita pulang kepada-Nya, untuk hidup di dalam-Nya.
Sementara itu, dalam malam yang gelap Yesus mengungkapkan misteri kehendak Allah itu dengan terus terang kepada Nikodemus. Allah mengutus Putra-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang melihat-Nya dan percaya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal. Kehidupan kekal itulah asal kita, bersama Bapa. Yang pernah hilang karena kita terusir akibat perbuatan dosa. Kini melalui Putra-Nya, Allah mengajak kita semua kembali pulang. Kita pulang, bertobat, memperbaiki diri dan kembali hidup di dalam-Nya.
Dihadiri oleh 85 peserta
Demikian sekilas info dan sampai ketemu di hari Senin berikutnya.
Tuhan memberkati kita semua.